Seleranya
musiknya tak terbatas
Dari
Led zeppelin sampai Waljinah
Balada
Badai band dan rolling stone
Jadi
koktail romatis sayangku
Mewarnai
pelangi hidupnya
Nyanyian
cinta anak pengembara
Immigrant
song bukan sekedar lagu
Dalam
kenangan obladi oblada
Judul
pusisi tersebut berjudul Lagu Lama
tertulis di buku Kumpulan Tulisan Heri
Latief. Buku terbitan tahun 2013 bulan November. Buku kecil ini dikirim
langsung oleh penulisnya sendiri yang datang untuk berkumpul dengan KomunitasBaca-Baca di Taman di depan rumah kaca, Taman Menteng. Sabtu 30 November 2013
tepatnya saat kami mengundang untuk membaca puisi di taman.
Malam
ini di temani dengan gerimis tipis, Jakarta menjadi sedikit sejuk di bulan Agustus
yang berasa di bulan Januari karena hujan hampir membasahi tanah Jakarta setiap
hari. Malam senin yang semakin sejuk, bertambah sepi jalanan yang nampak basah.
Setelah akhir pekan menyambut esok kembali beraktifitas untuk menyambung hidup
dengan di temani obrolan ringan yang tak
jelas ujung pangkalnya sambil menikmati gerimis yang semakin membunuh sepi
malam ini.
Buku
kecil ini di penuhi dengan puisi-puisi dan di tutup dengan kumpulan esei. Puisi
yang menyiratkan sebuah kerinduan dengan tanah air buat orang yang tinggal di
negeri seberang. Perantau yang rindu dengan tanah kelahiranya, walau pun sudah
beranak cucu di negeri seberang .
Puisi-puisi
kerinduan, kemarahan terhadap ketidakadilan, korupsi, cinta dan anak jalanan.
Kerinduan yang sedikit sendu atau pun cinta. Ketidakadilan dengan lengkingan
suara TOA menyuarakan kaum tertindas yang
bergumam untuk berteriak lawan… anak jalanan yang selalu menjadi
nyanyian yang merdu bagi dirinya yang merindu kampung halaman. Membuat irama
sendu dalam kerinduan tempat kelahirannya yang tinggal di negeri seberang.
Jalan
Pulang
Semakin
lama jadi orang asing,
Sampai
ia lupa pulang
Padahal,
dingin makin menggigit tulang
Apa
yang dicari selama ini
Merantau,
untuk melupakan jalan pulang?
Amsterdam,11
Maret 2010
Tulisan
di buku kecil ini di tutup dengan kumpulan esei tentang kampung rantau yang ironis sebagai negara
maju indah, bersih teratur terkesan manis tapi tetap saja ada permasalahan yang
menumpuk menjadi pemerintahan kampung
rantau. Menggambarkan lewat kata-kata yang singkat dan lugas tentang
perantauanya di negri seberang yang kini menjadi rumah kedua baginya, tapi jiwanya masih tinggal di kampung halaman
dan negerinya yang tak akan pernah
sedetik pun ia lupakan. Lewat kata-kata berkelana pulang berguman terus
berteriak dengan satu kata LAWAN…
Edwanov _Jakarta, 14 Agustus 2016
0 komentar: